Kamis, 17 September 2015

Review Shigatsu wa Kimi no Uso

Anime ini adalah anime garapannya A-1 Picture yang cukup menguras air mata. Dirilis pada musim Fall 2014, di musim yang sama dengan rilisnya Kiseijuu: Sei no Kakuritsu, Fate/stay night: Unlimited Blade Works (TV), Nanatsu no Taizai, Shirobako, Yowamushi Pedal: Grande Road, Akatsuki no Yona, Shingeki no Bahamut: Genesis, Amagi Brilliant Park, Gugure! Kokkuri-san, Psycho-Pass 2, Log Horizon 2nd Season, Grisaia no Kajitsu dan anime keren lainnya.

Shigatsu wa Kimi no Uso merupakan anime yang diadaptasi dari manga karya Naoshi Arakawa, dimana manga nya sendiri yang baru berakhir pada Februari 2015 lalu dengan total 11 volume, sempat memenangkan penghargaan sebagai Best Shōnen Manga pada Kodansha Manga Awards ke-37. 


Satu lagi drama sinting yang muncul di musim gugur!

Setelah Sakurasou Pet na Kanojo (meski ini banyak lawaknya) dan Nagi no Asukara, musim Fall 2014 menyuguhkan sesuatu yang sukses bikin saya nangis-nangis. Sakurasou untuk episode 23-nya, Nagi no Asukara untuk banyak scene, dan... Shigatsu wa Kimi no Uso yang juga bikin saya sesenggukan di banyak adegan.

Format biasa. Kelebihan!

Sonata No.1 - Visual!

Masih nggak puas sama visual dari A-1 Pictures yang cerah berwarna-warni plus penggambaran background yang luar biasa? Segera periksakan mata anda ke dokter mata terdekat. Desain karakternya juga oke-oke, dengan mulut yang lebih realistis dibanding anime kebanyakan (yang seringkali lobang mulutnya super imut).  Cuma yaa desain karakternya gak moe-moe layaknya anime belakangan ini, jadi gak masuk ke kategori Karakter Wanita Tercantik di Anime. Buat yang nggak suka, itu murni masalah selera. Di manga-nya juga nggak beda jauh, lebar-lebar juga kok.

Sonata No.2 - Audio!

Banyak sekali Soundtrack di anime ini yang bagus. Terutama adalah Opening pertamanya yang yang berjudul Hikaru Nara dan dinyanyikan oleh Goose House. Berkat lagu itulah ane nonton anime ini, jadi wajar kalo lagu tersebut ane masukan ke dalam 20 OST Anime Tervaforit dan Juga Terbaik versi ane. BGM-nya juga gak kalah bagus, pinter banget menguatkan suasana sedih yang ada di animenya.

What else?

Tidak lain adalah... musik klasik! Performa-performa musik klasik yang ditampilkan bener-bener menggugah perasaan.

Saya sempet bilang di review anime sebelah kalo saya tergolong penikmat musik klasik. Dan anime ini sukses menjerat saya dengan pilihan-pilihan karya klasik yang pas dengan suasana dalam alur cerita. Nggak bisa saya lupakan gempuran Moonlight Sonata (alias Piano Sonata No.14) 3rd movement karya Beethoven yang sukses menjerat perhatian saya di menit-menit awal.

Nah, berhubung protagonis kita adalah pemain piano, nggak sedikit pula karya-karya dari Frederic Chopin yang diperdengarkan di sini. Maklum, dia memang paling banyak bikin karya untuk dimainkan piano. Favorit saya, Etude Op.10 No.12 "Revolutionary", sempet bikin saya heboh sendiri sewaktu dimainkan di episode 19. I mean, that musical piece is about war! Karya itu memang diciptakan Chopin ketika Polandia berjuang untuk merdeka dari Rusia tahun 1831. Cocok banget ditaruh di episode 19 sebagai penggambaran sebuah "revolusi" untuk lepas dari bayang-bayang Kousei.

Lalu yang bener-bener bikin saya nangis darah, episode 22. Sebagai klimaks, Ballad Op.23 No.1 in G minor terlalu cocok sewaktu dimainkan Kousei. Karya ini sebenernya juga diciptakan pada tahun 1831, namun di sini Chopin menumpahkan rasa kesepiannya karena jauh dari kampung halaman (Polandia) yang masih terjajah. Lagi-lagi anime ini berhasil menerjemahkannya ke dalam bahasanya sendiri, dengan 'bumbu' kegalauan yang cocok dengan cerita.

Audio nggak cuma seputar musik. Para seiyuu di sini pun terdengar begitu pas dalam mengisi karakter masing-masing. Taneda Risa, Sakura Ayane, dan Hanae Natsuki berhasil 'memberi nafas' pada Kaori, Tsubaki, dan Kousei.

Sonata No.3 - Meaningful!


Udah banyak cerita di muka Bumi (entah anime, manga, novel, film, dst) yang menyuguhkan pesan sentral "kekuatan cinta yang mampu mengubah hidup". Namun Shigatsu wa Kimi no Uso berhasil menyuguhkan pesan tersebut dalam cara yang insanely beautiful. Begitu merasuk ke dalam dada dengan kemurnian dan ketulusan cinta yang diceritakan di dalamnya. Saya sendiri sangat menikmati ketika tenggelam bersama kisah romance yang terjadi diantara karakter-karakternya. Oleh karena itu Shigatsu wa Kimi no Uso disebut-sebut sebagai salah satu Anime Bergenre Romance dan Drama Terbaik yang Paling Hangat untuk ditonton.

Kelebihan yang satu ini juga berhasil "menyentil" sesuatu di kepala saya. Untuk bisa maju dan terus melangkah dalam hidup, terkadang seseorang mustahil melakukannya sendiri meski sudah punya tujuan, niat, dan kemampuan. Yang kamu butuhkan hanyalah orang lain, dan lakukan apa yang ingin anda lakukan demi orang tersebut dengan segenap hati. Kadang kita suka melupakan hal ini, sibuk mengejar ambisi sehingga kehilangan esensi. Apapun yang anda lakukan, just do it for the sake of your beloved. Saya yakin--- nggak. Saya tahu kalo hasilnya akan jauh lebih memuaskan dibanding melakukannya demi diri sendiri.

Anime ini juga makin terasa berbobot dengan adanya 2 metafora yang berhasil memberi simbol penuh makna: sakura dan kucing.

Sakura punya arti filosofis tersendiri. Perlu anda ketahui, nggak ada pohon sakura yang berbunga sepanjang tahun (kecuali hasil rekayasa genetik kali ye...). Dia hanya akan mewarnai musim semi dengan keindahan kelopak-kelopak merah mudanya dalam waktu singkat. Beautiful, yet ephemeral. Begitu pula dengan hidup manusia. Singkat, namun sudah selayaknya "mekar penuh" layaknya sakura, menunjukkan semangat hidup secara maksimal dalam hidup yang terbatas.

Kucing! Berhubung saya suka kucing, metafora tentang kucing di sini ikut saya perhatikan. Di sini Kousei mengibaratkan Kaori sebagai kucing. Ada 2 ekor kucing di sini. Yang pertama bermata biru, dan yang kedua bermata hijau. Menurut saya pribadi, keduanya merupakan metafora dari Kaori. Yang bermata biru merupakan simbol hidup Kaori (ep 20 - obvious foreboding), sementara yang bermata hijau merupakan simbol kehadiran Kaori bagi Kousei (ep 22 agak-agak ujung). Sebenernya ada satu lagi, namun yang satu lagi cuma salah satu mental block yang dihasilkan Kousei. Bukan simbol apapun.

Sonata No.4 - Eksekusi!

Ini adalah faktor yang AMAT SANGAT LUAR BIASA dari anime ini.

Karena saking luar biasanya, saya akan bicara cukup panjang DAN sedikit membeberkan cerita karena susah kalo nggak mengupas hal-hal krusial di dalamnya. Silakan langsung klik "SPOILER END" untuk langsung melompati bagian spoiler kalo nggak mau menyesal nantinya. Border Keramat: System activation!

===SPOILER ALERT===

Sebenernya nggak ada yang spesial dengan topik cerita di anime ini.

Musik? Ada Nodame Cantabile. Hingga yang terbaru, Hibike! Euphonium. Cewek sakit? Sebut aja Air dan Clannad. Ending-nya si cewek mati, bener-bener mati nggak ada acara miracle ex machina ala Key? Nggak usah jauh-jauh ke anime purba, kita punya Plastic Memories. "Inspirasi tersembunyi dari masa kecil" juga udah ada di Chuu2Koi. Apalagi tentang cinta childhood friend. Nggak perlu disebut. Banyak! Saya cukup liat kisah hidup sendiri kok. #plak

Twist? Apa pula itu. Saya sebagai makhluk jenius orang yang suka berspekulasi dan berekstrapolasi untuk menebak-nebak jalan cerita, nggak merasa kesulitan untuk membaca ending-nya yang JELAS BANGET bakalan ngenes bin anjay.

Kaori yang ternyata suka sama Kousei sejak kecil pun sebenernya bisa juga ditebak di awal-awal. Hal yang mengarahkan pemikiran saya ke situ adalah kelakuan ngotot Kaori yang nggak mau kalo bukan Kousei. Aneh rasanya seseorang ngotot memilih seseorang tanpa alasan logis yang riil. Kemungkinannya cuma 2: love at the first sight sewaktu episode 1, atau pernah ketemu jauh sebelum timeline cerita. Tapi buat saya pribadi, kemungkinan kedua lebih masuk akal. Kalo anda mengambil posisi sebagai pembuat cerita (bukan sekedar penonton), maka kemungkinan tersebut bisa terpikirkan sebagai opsi "kejutan" dalam cerita.

Tapi... saya nggak bisa protes banyak-banyak. Saya takluk. SAYA TAKLUK!!!!

Kenapa saya bisa takluk? 


Pertama, aspek psikologis yang mudah dicerna. Awalnya saya muak sama Kousei yang digambarkan lemah banget secara kejiwaan. Kebanyakan bacot buat bikin alasan! Namun saya seketika tunduk ketika disuguhkan perjuangannya dalam melawan mental block yang menghalanginya selama ini untuk maju.

Bukan cuma Kousei, karakter-karakter lain juga digambarkan berjuang untuk sesuatu yang bener-bener ingin mereka capai.

Kaori demi sisa-sisa hidupnya agar lebih berwarna. Tsubaki demi 'memecahkan es' yaitu perasaannya sendiri terhadap Kousei yang selama ini terus disangkal. Juga karakter-karakter yang ingin maju karena terinspirasi kejeniusan Kousei sewaktu kecil. Bahkan penambahan karakter baru secara tiba-tiba (Aiza Nagi) bukannya merusak, namun membawa nafas haru tersendiri karena perjuangannya demi kakak yang disayangi! Semuanya terasa sangat down-to-earth dan nggak lebay, bahkan mungkin pernah juga dirasakan banyak orang (khususnya musikus, mungkin?).

Kedua, foreboding. Sebenernya tanda-tanda mengenai kondisi tubuh Kaori udah bisa diketahui dari episode 3, terbukti dari lokasi Kaori turun dari bus yaitu di rumah sakit. Sampai sini saya udah memikirkan perbandingan 50:50, apakah yang sakit itu Kaori sendiri atau kenalan/keluarganya.

Makin jauh episode berjalan, makin jelas pula tanda-tandanya. Apalagi begitu episode 11, ketika Kaori bilang kalo dia "nggak selalu bisa ada di sini". Udah deh, saya 100% yakin Kaori bakal menemui ajal di ending. Namun jalan menuju kematian itu diolah dengan cara yang ngeri-ngeri sedap. Pelan... pelan... pelan... dan... argh. Rasanya kayak nelen sesuatu yang pahit, 1 sendok di hari 1, 2 sendok di hari 2, 3 sendok di hari berikutnya, dan seterusnya hingga hari ke-22. Saya tahu rasanya pahit. Tapi terus saya makan hingga di hari ke-22, sehingga saya nggak sadar kalo total udah nelen 253 sendok (inget deret aritmatik? :P) rasa pahit. Segalanya pun meledak di akhir.

Ketiga, dialog dan monolog. Ini juga keren ngolahnya. Saya ini hobi nulis, sehingga kekuatan kata-kata punya pengaruh buat saya. Kalo suasananya udah serius, dialog antar karakter begitu mencengkram, menambah daya jebret yang berpadu dengan visual yang memukau. Bukan cuma itu, saya seneng banget sewaktu karakter-karakternya bermonolog dengan "bersastra" dalam bahasa yang nggak ketinggian. Sangat mudah dipahami bahkan bagi orang yang berlatar pendidikan non-sastra kayak saya.

Dan... APALAGI SELAIN MONOLOG KAORI SOAL SURAT TERAKHIRNYA ITU? Tiga kali kalimat "I love you" berhasil mencabik-cabik sisi kejantanan saya selama beberapa saat. Lalu pengakuan "kebohongan" yang menjadi bagian pada judul juga... HUAAAAAAAA!!! Guling pun basah menjadi korban keganasan derasnya air mataaaaaaaa AAAAAAAAHHH!!!! Damn damn daaaamnnn!!! (T__T) #bantinggelas #bantingpiring #bantinglaptop--- eh jangan kalo laptop. 


Keempat, tentu bagian kematian Kaori. Ini adalah salah satu ending mati TERBAIK yang pernah saya tonton seumur hidup. Kematian itu biasa, tapi kematian yang digambarkan secara indah itu barang langka. Di sini kita nggak disuguhkan farewell klise dengan ECG (electrocardiogram) yang menggambarkan denyut jantung yang melemah terus *tuuuuut* gitu, namun dengan hadirnya Kaori yang satu panggung bersama Kousei. Deh disini saya proklamasikan aja kalo Shigatsu wa Kimi no Uso adalah Anime Romance dengan Ending Terbaik yang Pernah Ada.

Begitu Kaori muncul di panggung saat episode 22, saya cuma bisa tersenyum sambil nangis sesenggukan. Di saat itulah saya tahu kalo Kaori udah nggak ada. Pernah denger kalo orang mati kadang bisa "pamit" sama orang-orang yang disayanginya semasa hidup? Nah, di sini Kaori "pamit" dengan cara perform bareng Kousei. Juga ending mati ini adalah jalan yang paling nggak mengganggu logika. Ditambah kombinasi visual yang luar biasa indah dan pilihan music piece yang tepat, bagian ini juga sukses meruntuhkan wibawa saya sebagai laki-laki. Plis deh, ADA LAGI NGGAK SIH ANIME DENGAN SAD ENDING SEINDAH INI??!! Tolong kasih tau saya kalo ada! (jangan ngomong Chrno Crusade, udah nonton dari jaman purba - AnoHana? Udah juga! - Dan segala karya Maeda Jun itu nggak sad ending).

. ===SPOILER END===

Kehebatan sang mangaka dalam mengeksekusi hal-hal biasa menjadi sesuatu yang menjerat namun indah PLUS ketangguhan A-1 Pictures dalam menambahkan bumbu audiovisual menjadikan Shigatsu wa Kimi no Uso menjadi anime drama yang super berkelas dalam segi kualitas. Seperti kayak kata saya tadi, pokoknya anime ini tuh ngeri-ngeri sedap~! d(≧∀≦)b

Seringkali saya sampaikan kalo anime sempurna itu susah ditemui. Shigatsu wa Kimi no Uso pun nggak sempurna 10/10.

Kelemahan!

Pertama, elemen non-realistis. Ekspresi wajah yang terlalu dilebih-lebihkan, aliran darah yang keluar dalam volume lebay (tapi si karakter yang berdarah santai-santai aja =__="), plus slapstick yang kadang keterlaluan, menjadi penghalang kecil bagi Shigatsu wa Kimi no Uso untuk meraih nilai 10. Lucu kok, saya sendiri ketawa kadang-kadang. Tapi... serius, kadang nggak cocok. Secara emosi udah tergugah, eh tiba-tiba dihantam lawakan.

Kedua, ada satu hal yang, saya yakin, bikin siapapun yang nonton anime/baca manga-nya bertanya-tanya. Sebenernya Kaori itu sakit apa sih? Kalo anda bergelut di dunia medis, mungkin bisa mengira-ngira. Lah kalo nggak? Jadilah blank spot, setidaknya buat saya pribadi yang penasaran banget. Buat saya, faktor ini menjadi pakem sempurna untuk menjauhkan anime ini dari nilai 10. UNTUNGLAH kelebihan-kelebihan di atas sanggup menutupi pengurangan nilai dari kelemahan yang satu ini, sehingga anjloknya nggak parah-parah amat.

"Kalian harus nangis nonton anime ini. Harus nangis!" #maksa #plak

Ketiga, Comedy. Okelah Comedy-nya lucu, ane pun mengakuinya. Tapi sering kali Comedy slapstick yang ditampilkan itu memotong drama yang disampaikan dan itu sangat mengganggu. Menghilangkan mood "adem" saat menontonnya. Jadi ane kurang setuju dengna orang yang berpendapat bahwa Shigatsu wa Kimi no Uso itu temasuk ke dalam salah satu Anime Romance Comedy Terbaik yang Recommended.

---------------

Rating:

9.8/10 (SS rank) buat Shigatsu wa Kimi no Uso untuk dramanya yang berbobot dan ultra-berkelas, pengolahan audiovisual yang memukau, serta eksekusi cerita yang sukses membawakan hal-hal yang nggak spesial menjadi sesuatu yang kelezatannya tak dapat disangkal.

Direkomendasikan untuk para pencari drama, penikmat anime bertopik musik, serta siapapun yang lagi nyari anime yang sanggup bikin nangis penontonnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar